Thursday, October 30, 2008

Nurse to Nurse: Palliative Care

. Thursday, October 30, 2008
0 comments




Klik disini untuk melanjutkan »»

Hypnosis and Treating Depression: Applications in Clinical Practice

.
1 comments



Klik disini untuk melanjutkan »»

Practice Nurse Handbook

.
0 comments




Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, October 29, 2008

nurse practitioner books V1 (Rapid ECG Interpretation)

. Wednesday, October 29, 2008
0 comments





Rapid ECG Interpretation (Contemporary Cardiology)
By M. Gabriel Khan
Publisher:
Humana Press
Number Of Pages:
416
Publication Date:
2007-09-18
ISBN-10 / ASIN:
1588299791
ISBN-13 / EAN:
9781588299796
Binding:
Hardcover

Book Description:
With a step-by-step method for accurate interpretation of the ECG, this third edition of Rapid ECG Interpretation describes a systematic approach consistent with the changes in cardiology practice over the past decade. All diagnostic ECG criteria are given with relevant and instructive ECGs, providing a quick review or refresher for proficiency tests and for physicians preparing for the ECG section of the Cardiovascular Diseases Board Examination.
Book Info
B. Saunders. Univ. of Ottawa, Canada. Synoptic guide to a systematic eleven-step method for rapid ECG interpretation necessary for the diagnosis of critical cardiac problems. Covers all diagnostic ECG criteria. Softcover. DNLM: Electrocardiography--handbooks. --This text refers to an out of print or unavailable edition of this title.

.Rapid ECG Interpretation

Klik disini untuk melanjutkan »»

Somatoform and Factitious Disorders

.
1 comments

Somatoform and
Factitious Disorders
Beset by contradictions, somatoform and factitious disorders have an unusually long, rich, and colorful historical and clinical tradition. Yet, some of them have received only limited empirical investigation.This book continues that rich tradition by offering a broad and scholarly synthesis of the current knowledge& mdash;and controversies& mdash;about somatoform and factitious disorders. Here you'll find up-to-date, clinically focused overviews of these intriguing and often difficult-to-treat disorders.
Recognized experts present the latest findings along with insightful recommendations and illustrative case studies on "Somatization disorder"& mdash;The evolution and problems of diagnostic criteria (e.g., its focus on symptom counting), epidemiology, clinical features, etiologic considerations, differential diagnosis (e.g., contrasted with depressive and anxiety disorders), evaluation (use of questionnaires), and treatment considerations (psychotherapy, psychotropic medications). "Hypochondriasis"& mdash;History, clinical features, theoretical models (psychodynamic, cognitive-behavioral, and physiologic), research studies, and practical techniques for treatment (from pharmacotherapy to cognitive behavioral therapy to alternative treatments such as relaxation therapy). "Body dysmorphic disorder"& mdash;History and prevalence, clinical features, treatment (including surgery and nonpsychiatric medical treatment), etiology and pathophysiology (its relationship to obsessive-compulsive, depressive, and eating disorders), and diagnosis and misdiagnosis. Conversion disorder& mdash;Diagnostic criteria and clinical subtypes, history and definitions, models of symptom generation, functions served by conversion symptoms, associated features, epidemiology, demographic and disease course, comorbidity, differential diagnosis, and treatment (best done in collaboration with an internist, primary care physician, or neurologist). Factitious disorders (widely known as Munchausen syndrome, its most extreme subtype)& mdash;Empirical evidence related to epidemiology and etiology; diagnosis, clinical description, prevalence, and associated costs; limitations of current approaches; the reliability and usefulness of differential diagnoses; comorbidity, etiology, and management.
Both concise and thorough, this extensively annotated volume clarifies the issues surrounding these fascinating disorders and offers practical guidance and recommendations, highlighting the pressing need for further research to improve patient care. As such, it will prove compelling reading for practicing psychiatrists and other physicians in any clinical setting who want to better understand the baffling complexities of these distressing disorders.


Somatoform and Factitious Disorders
Oleh Katharine A. Phillips
Kontributor Katharine A. Phillips
Diterbitkan oleh American Psychiatric Pub, 2001
ISBN 1585620297, 9781585620296
181 halaman



Klik disini untuk melanjutkan »»

jurnal penelitian ilmiah kesehatan

.
0 comments

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN

Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik. RSUD Kota Yogyakarta mempunyai perawat dengan berbagai perbedaan pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses keperawatan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta, hubungan antara keterampilan teknik yang dimiliki perawat dengan penerapan proses keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional. Data pengetahuan responden dikumpulkan dengan kuesioner, data tentang komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan dikumpulkan dengan observasi. Subyek penelitian berjumlah 50 orang yaitu semua perawat pelaksana yang melakukan asuhan keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap dan instalansi rawat darurat dengan kriteria : pendidikan minimal SPK, telah bekerja di rumah sakit tersebut minimal 1 tahun, tidak sedang cuti dan mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden. Uji hipotesis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% atau ά= 0,05.
Hasil penghitungan hubungan antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015.
Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.
Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan

Kata kunci: Penerapan proses keperawatan, keterampilan teknik, komunikasi interpersonal, pengetahuan
untuk selengkapnya silahkan download






Klik disini untuk melanjutkan »»

asuhan keperawatan kasus hepatomegali

.
0 comments

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATOMEGALI
Hepatomegali Pembesaran Hati (Hepatomegali) adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam tifoid, amoeba,pemimbunan lemak (fatty liver), penyakit keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan (metastasis). Keluhan dari hepatomegali ini gangguan dari sistem pencernaan seperti mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning bahkan buang air besar hitam. Pengobatan pada kasus hepatomegali ini berdasarkan penyebab yang mendasarinya.


PENYEBAB

Penyebab yang sering ditemukan:
- Alkoholisme
- Hepatitits A
- Hepatitis B
- Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
- Leukemia
- Neuroblastoma
- Sindroma Reye
- Karsinoma hepatoseluler
- Penyakit Niemann-Pick
- Intoleransi fruktosa bawaan
- Penyakit penimbunan glikogen
- Tumor metastatik
- Sirosis bilier primer
- Sarkoidosis
- Kolangitis sklerotik
- Sindroma hemolitik-uremik.


GEJALA

Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh.

Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba.


DIAGNOSA

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik.

Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu.

Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis.

Benjolan yang nyata biasanya diduga suatu kanker.

Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah:
- rontgen perut
- CT scan perut
- tes fungsi hati.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Monday, October 27, 2008

RESPON ANSIETAS DAN GANGGUAN ANSIETAS

. Monday, October 27, 2008
0 comments

Definisi
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal
Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis

Etiologi
1. Teori neurobiology
 Kimia otak dan factor perkembangan
Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain
 Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA ( gamma-aminobutyric acid ) berperan dalam perkembangan cemas
 Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input ( amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas /takut )
Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor
 Locus ceruleus, adlah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas ( khususnya PTSD ( post traumatic sindrom disorder )
 Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori
 Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD ( obsessive compulsive disorder )
 Penyakit fisik
 Exposure of subsntace
 Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis
2. Teori psikologi
 Harga diri rendah
 Pemalu pada masa kanak-kanak
 Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
 Ketidaknyamanan dengan agresi
 Sexual abuse
 Mengaami peristiwa yang menakutkan
 Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara belbihan terhaap suatu bahaya

Faktor resiko
 Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki
 Etnik
 Perpisahan
 Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse
 Status social dan ekonomi rendah
 Riwayat keluarga ( pernah adanya penyimpangan yang hampir sama )
 Substance or stimulant abuse

Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Individu menjadi waspada dan mengaami peningkatan lapang persespi. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kretaifitas
2. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu mmerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain
4. Panik
Behubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proposinya. Kehilangan kendali, tidak mampu melakukan Sesuatu meski dengan arahan

Efek fisiologis cemas
 Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah
 Aluran darah ke otot meningkat
 Respirasi meningkat
 Berkeringat
 Pelepasan glikogen
 Peningkatan kemampuan pembekuan darah
 Produksi saliva meurun
 Penurunan fungsi pencernan
 Penurunan respon imun

Kriteria serangan panic ( sedikitnya ada 4 gejalayang berkembang dengan cepat dan mencapai pincaknya dalam 10 menit ) :
1. Palpitasi, jantung berdenyut keras, frekuensi denyut jantung meningkat
2. Berkeringat
3. Gemetar/menggigil
4. Sensasi sesak nafas
5. Merasa tersedak
6. Nyeri dada/keridaknyamanan
7. Mual/disstres abdomen
8. Merasa pusing, tidak tegap, pening/pingsan
9. Derealisasi ( merasa tidak nyata ), atau dpersonalisai ( merasa terasing paa diri sendiri )
10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
11. Takut mati
12. Parestesia ( sensasi kebas/kesemutan )
13. Menggigil/hotflash

Macam :
1. Phobia ( ketakutan yang tidak rasional terhadap suatu objek atau situasi yang secara objektif bukanlah sesuatu yang membahayakan
2. Panic attack
 Respon fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap stressor
 Ketakutan akan adanya bahaya/terror, terjadi dalam situasi yang spesifik, minimal ditandai 4-13 keluhan fisik atau gejala kognitif
 Terjadi beberapa menit, puncaknya 10 menit
3. Panic disorder
 Kambuh berulang, serangan panic tak dapat diprediksi
 Bisa atau tidak dengan agoraphobia
4. OCD
 Individu mengalami obsessive atau kompulsif berulang ( > 1 jam/hari)
 Klien merasa asing denga diri sendiri
 Jika tidak diobati, individu dapat jatuh pada kondisi depresi atau bunuh diri
5. Stres disorder
a. Acute Stres Disorder ( ACD )
o Terjadi pada bulan l setelah paparan trauma yang extreme
o Disosiasi, melihat dunia hanya sebagai mimpi yang tidak nyata
o Memori sangat kurang ( dissosiative amnesia )
o Resolve 2-4 mg setelah trauma
b. Acute Post-Traumatic Disorder )
o ASD lebih dari 1 bulan
o Cemas, selalu teringat dengan trauma yang dialami, mimpi buruk, gangguan tidur, menghindari situasi trauma
c. Chronic PTSD
Acute PTSD > 3 bulan
Semua hal iatas dapat menyebabkan penurunan harga diri, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan social, kesulitan membangun hubungan, merasa diri rusak, dan beresiko substance abuse.


Penanganan :
1. Cognitive Behaviour Therapy
a. Panic attack
 Cognitive restructuring
 Desensitisasi terhadap situasi yang menakutkan
 Alih pengetahuan terhadap penyimpangan yang dialami
 Ajarkan relaksasi ( teknik nafas dalam )
b. Anxiety disorder
 Teknik relaksasi, stress managemen, biofeedback
 Intervensi kognitif untuk membentuk kembali catastrophic thinking
 Bantu memecahkan masalah
c. OCD
 Desensistisasi
 Alih pengetahuan
 Teknik relaksasi
d. ASD
 Bantu klien untuk mendapatkan dukungan kelompok
 Komunikasi terapeutik
 Ajarkan problem solving
 Ajarkan teknik relaksasi
e. Spesifik phobia : Desensitisasi
f. Social phobia
 Challenge negative beliefs
 Ajarkan penilaian yang reaistis terhadap situasi sosial
g. PTSD : Dukung klien dalam terapi kelompok
2. Pharmacologic treatment
 Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs )
 Bezodiazepines ( BZDs )
 Buspirone
 Beta blocker
 Tricyclic antidepressants ( TCAs )

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sunday, October 26, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS/ASKEP HIPERGLIKEMIA

. Sunday, October 26, 2008
0 comments


Diebetes mellitus ( DM ) adalah gangguan metabolisme yang secara enetis dan klinis termasuk heterigen dngan maniestasi berupa hilangnya toleransi karbihidrat.
Perkembangan secara klinins ditandai dengan hiperglikemia puasa, aterosklerotik, mikroangiopathi, dan nefropathi.
Kadar glukosa plasma puasa normal 80-115 mg/dl
Hiperglikemia jika kadar gula > 115 mg/dl
Hipoglikemia jika kadar gula < 80 mg/dl


Glukosa difiltrasi oleh glomerolus ginjal dan hamper semua diabsorbsi oleh tubulus ginjal selama kaar glukosa plasma tidak >160-180 mg/dl. Jika kadar gula lebih dari itu maka glukosa akan keluar lewat urine shg menimbulkan glukosuria.

Klasifikasi klinis DM :

1. DMTI ( DM tergantung Insulin ) / DM tipe 1
2. DMTTI ( DM tak tergantung insulin )/ DM tipe 2
3. GTT
4. DM Gestasional

Klik disini untuk melanjutkan »»

Wednesday, October 22, 2008

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DENGAN RIWAYAT EPILEPSI

. Wednesday, October 22, 2008
0 comments


A. Pengertian
Epilepsi merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktifitas elektrik yang periodik dan eksesif dari neuron serebrum yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktifitas otonom dan berbagai gangguan psikis.
B. Etiologi
Penyebab epilepsi umumnya dibagi menjadi 2 :
1. Idiopatik ( primer, essensial )
Pada jenis ini, tidak dapat diketemukan adanya suatu lesi organik di otak. Tidak dimulai dengan serangan fokal. Gangguan bersifat fungsional di daerah dasar otak yang mempunyai kemampuan mengontrol aktifitas korteks.
2. Simptomatik akibat kelainan otak
Serangan epilepsi merupakan gejala dari suatu penyakit organik otak. Misalnya karena adanya demam, penyakit otak degeneratif difus, infark, enchepalitis, abses, tumor serebrum, jaringan parut setelah cedera kepala, anoksia, toksemia, hipogliklemia, hipokalasemia, atau gejala putus obat.
C. Patofisiologi
Timbulnya serangan kejang adalah kemugkinan adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin dan GABA ( asam gama amino butirat ), merupakan neuritransmitter sel-sel otak. Asetilkolin menyebabkan depolarisasi, yang dalam jumlah berlebihan menimbulkan kejang. Sedang GABA menimbulkan hiperpolarissasi, yang sebaliknya akan merendahkan eksitabilitas dan menekan timbulnya kejang. Berbagai kondisi yang mengganggu metabolisme otak seperti penyakit metabolik, racun, beberapa obat dan putus obat, dapat menimbulkan pengaruh yang sama.
D. Gejala
1. Grand mal ( tonik-klonik umum )
Jenis ini bersifat sekunder, yakni berasal dari epilepsi partial kemudian menjadi serangan (bangkitan) umum.
Fase serangan :
a. Fase tonik
Ditandai dengan kontraksi semua otot, kelopak mata tetap terbuka, lengan terangkat, abduksi, terputar keluar, sendi siku fleksi, tungkai juga fleksi ( tertekuk ). Setelah fleksi segera diikuti ekstensi yang disertai jeritan epilepsi beberapa detik. Leher dan punggung melengkung menjadi posisi opistotonik, lengan dan tungkai juga ekstensi. Berlangsung antara 10-20 detik.
b. Fase klonik
Berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Menunjukkan adanya gerakan spasmus fleksi berganti-ganti denga relaksasi. Penderita dapat menggigit lidahnya, sianosis, hipertensi, takhicardi, hiperhodrosis, midriasis, salivasinya bertambah.
c. Fase pasca serangan ( koma )
Semua aktifitas otot berhenti. Dalam waktu 15 menit kesadaran akan pulih lembali. Kesadaran akan pulih secara normal dalam 1-2 jam. Penderita merasa lesu, otot-otot nyeri dan sakit kepala.
2. Petit mal
Merupakan eilepsi yang tenang. Penderita biasanya anak-anak atau dewasa muda. Ketika melakukan aktifitas, tiba-tiba berhenti, sering terdapat gerakan kecil seperti gerakan-gerakan kelopak mata, mengunyah, gerakan-gerakan bibir. Serangan berakhir dalam 60 detik Kesadaran juga segera normal. Dalam sehari, serangan dapat 10-20 kali.
3. Partial
a. Sederhana ( tidak terdapat gangguan kesadaran )
b. Kompleks ( terdapat gangguan ksadaran )
E. Klasifikasi
1. Epilepsi umum
a. Epilepsi umum primer, misalnya epilepsi grand mal, petit mal, epilepsi juvenil mioklonik
b. Epilepsi umum sekunder, misalnya spasme infantil, epilepsi mioklonik astatik
2. Epilepsi partial
a. Disertai dengan gejala elementer ( tanpa gangguan kesadaran ), misalnya dengan gejala motorik, sensorik atau otonomik
b. Disertai dengan gejala komplek ( dengan gangguan kesadaran )
c. Disertai fenomena sekunder ( misalnya menjadi epilepsi umum )
3. Epilepsi lain yang tidak dapat diklasifiksikan
1. Pengkajian
§ Riwayat epilepsi
§ Faktor pencetus
§ Penggunaan obat-obatan
§ Hasil pemeriksaan penunjang seperti EEG, CT Scan, analisis CSS
2. Diagnosa keperawatan
a. Risiko cedera
b. Risiko aspirasi
c. Harga diri rendah
3. Perencanaan keperawatan
a. Tujuan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
b. Tindakan
1) Mencegah terjadinya cedera saat terjadi serangan maupun setelah serangan
§ Sipakan selalu peralatan emergency untuk pasien dengan riwayat epilepsi, seperti spatel lidah, O2, nasal kanul, antikonvulsan
§ Observasi pasien saat serangan, jangan tinggalkan pasien sendiri
§ Usahakan pasien tidak jatuh dari tempat tidur, pasang restrain
§ Jangan lakukan pengikatan pada pasien
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerakan dan pernafasan
§ Monitor kondisi umum pasien saat serangan dan pasca serangan
§ Kolaborasi
2) Mempertahankan kepatenan jalan nafas
§ Kenali faktor pencetus kejang
§ Siapakan selalu peralatan emergency
§ Jangan memasukkan apapun ke mulut pasien saat serangan
§ Miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi dan mencegah lidah jatuh yang akan menutup jalan nafas
§ Longgarkan pakaian untuk keleluasaan gerak dan pernafasan
§ Berikan O2 jika perlu
§ Kolaborasi
3) Pasien mempunyai harga diri yang positif
§ Dorong pasien untuk mengembangkan kelebihannya
§ Bantu pasien mengungkapkan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dicapai
§ Fasilitasi pasien melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan harga dirinya di lngkungannya
§ Berikan pujian atas keberhasilan pasien melakukansesuatu, sekecil apapun
§ Anjurkan keluarga untuk mendukung pasien dalam rangka meningkatkan harga dirinya
4. Evaluasi keperawatan
a. Pasien tidak mengalami cedera, saat serangan maupun setelah serangan
b. Pasien mempunyai penilaian yang positif terhadap dirinya
c. Kondisi fisiologis pasien normal
d. Catat kondisi umum pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, adakah sianosis, kondisi pupil, tingkat kesadaran, adakah keluhan pusing, sakit kepala, lemah, lesu setelah serangan, apakah lidah tergigit atau tidak, bagaimana kondisi gigi pasien, dll
G. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan pasien epilepsi antara lain :
1. Diagnosis yang tepat
2. Pilih obat yang tepat
3. Mulai dengan obat tunggal
4. Dosis diusahakan berada dalam lingkup terapetik dalam serum
5. Perhatikan lamanya obat berefek untuk menentukan frekuensi pemberian obat
6. Penambhaan atau penggantian obat harus mempertimbangkan ada tidaknya kemajuan dalam terapi
7. Waktu pemberian obat yang menguntungkan pasien
8. Pemantauan ketaatan pasien karena epilepsi memerlukan pengobatan jangka panjang. Biasanya obat antiepilepsi berangsur dihentikan setelah pasien bebas kejasng 2-3 tahun dengan pemantauan EEG. Sebagian ada yang memerlukan obat seumur hidup, sehingga ketaatan pasien, pengertian keluarga dan masyarakat sangat diperlukan untukkeberhasilan pengobatan.
Referensi
Mohr, WK, 2006, Psychiatric Mental Health Nursing, Lippincott William & Wilkins, Philadelpia
NANDA International, 2007, Nursing Diagnosis : Definition & Classification, NANDA Interbational, Philadelpia
Wibowo, S, 1994, Catatan Kuliah Penyakit Syaraf, Tidak Dipublikasikan
Wilkinson, JM, 2006, Nursing Diagnosis Handbook with NIC & NOC, Pearson Prentice Hall, New Jersey

Klik disini untuk melanjutkan »»

KUMPULAN E-BOOK KESEHATAN

.
1 comments








Klik disini untuk melanjutkan »»

Saturday, October 18, 2008

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Perubahan Proses Pikir Waham Curiga

. Saturday, October 18, 2008
0 comments


1. Pengkajian menurut Rawlins dan Heacock (1993) pengkajian klien dengan gangguan waham meliputi :
a. Dimensi fisik
1) Aktivitas sehari-hari
2) Kebiasaan/kepatuhan terhadap pengobatan
3) Perilaku merusak
4) Riwayat kesehatan
5) Pemeriksaan fisik
b. Dimensi intelektual
c. Dimensi emosional
d. Dimensi spiritual
e. Dimensi sosial
2. Diagnosa keperawatan  
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan waham pada skizofrenia menurut Townsend (1998), NANDA (2005) dan Carpenitto (1998) antara lain :
a. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri dan orang lain.
b. Isolasi sosial
c. Koping individu tidak efektif
d. Perubahan persepsi sensori : pendengaran/pengelihaan
e. Perubahan proses pikir
f. Kerusakan komunikasi verbal
g. Kurang perawatan diri
h. Gangguan pola tidur
3. Perencanaan
a. Tujuan dan tindakan keperawatan berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa (2006) pada gangguan proses pikir : waham antara lain :
Tujuan jangka panjang (TUPAN)
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir dan berfungsi optimal dilingkungan sosialnya.
Tujuan jangka pendek (TUPEN)
1. Klien mengenal wahamnya dengan kriteria :
a) Klien mampu mengenal terjadinya waham
b) Klien mampu mengungkapkan isi waham
c) Klien mengungkapkan frekuensi waham
d) Klien mampu mengungkapkan perasaannya terkait dengan waham
Rencana tindakan
a) Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b) Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan wahamnya dengan petugas perawat.
c) Hindari mendebat/mendukung waham
d) Fokuskan diskusi padaperasaanklien
e) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan wahamnya.
f) Hindarkan stimulasi yang berlebihan dengan dapat menyebabkan munculnya waham.
2. Klien mampu mengontrol wahamnya, dengan kriteria
a) Klien tidak menanggapi wahamnya
b) Klien melaporkan penurunan frekuensi munculnya waham
c) Klien meminta validasi terhadap kebenaran/kenyataan
d) Klien mendemonstrasikan penolakan hadirnya waham
e) Klien menunjukkan pola pikir yang logis
f) Klien menunjukkan kemampuan untuk memenuhi ide-ide atau pikiran orang lain dan lain-lain.
Rencana tindakan
a) Observasi isi waham yang membahayakan
b) Bantu klien mengeliminasi/menurunkan stressor yang menciptakan delusi
c) Dukung klien untuk memvalidasi keyakinan terhadap wahamnya dengan orang yang dipercaya/petugas/perawat.
d) Dukung klien untuk melaksanakan jadwal kegiatan harian secara konsisten.
e) Berikan aktivitas rekreasi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan diwaktu luang klien
f) Kelola pemberian obat-obat antipsikotik dan antidepresent seuai order/kebutuhan.
g) Monitor efek samping obat
h) Jelaskan pentingnya kepatuhan klien terhadap aturan pengolahan obat.
3. Klien mampu mengingat kejadian/masalah dimasa lalu dengan kriteria.
a) Klien mampu mengingat kembali kejadian masalah jangka pendek
b) Klien dapat mengingat kembali informasi/masalah jangka menengah
c) Klien dapat mengingat kembali informasi/masalah jangka panjang.
Rencana tindakan :
a) Monitor daya ingat klien
b) Kaji kemampuan klien dalam mengingat sesuatu
c) Diskusikan dengan klien dan keluarga beberapa masalah memori yang dialami
d) Ingatkan kembali pengalaman masa lalu klien dengan cara yang tepat.
e) Simulasi pikiran dengan mengulangi pikiran yang diekspresikan klien secara tepat (ingatkan klien tentang kejadian/peristiwa yang barus saja dialami klien)
f) Implementasikan teknik mengingat dengan cara yang tepat seperti dengan gambar visual membuat daftar/jadwal menulis nama pada kartu dan sebagainya.
g) Bantu dalam tugas pembelajaran yang berkaitan, misalnya mengingat kembali verbal dan informasi yang telah disampaikan dengan cara yang tepat.
h) Lebih orientasi klien, misal dengan mengingat dan tinggal, jam, musim, informasi yang bersifat pribadi dan sebagainya.
i) Beri kesempatan kepada klien untuk melatih konsentrasinya, misal dengan permainan, mencocokkan kartu, halma dan sebagainya.
4. Klien mampu meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar dengan kriteria.
a) Klien mampu mengidentifikasi lingkungan sekitar sesuai realita/kenyataan.
b) Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mengidentifikasi lingkungan sekitar
c) Klien mengungkapkan keuntungan mengidentifikasi lingkungan.
Rencana tindakan
a) Monitor interpretasi klien terhadap lingkungan (misal : tempat, orang disekitarnya dan sebagainya).
b) Tempatkan obyek/hal-hal yang familiar dilingkungan/dikamar klien (misal : jam dinding, gambar, foto).
c) Buat jadwal aktivitas/kegiatan harian bersama klien
d) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai jadwal yang telah dibuat tersebut.
e) Berikan terapi kognitif
f) Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
5. Klien mampu mempertahankan kosentrasi dengan kriteria :
a) KLien mampu mempertahankan dan mendengarkan dengan baik saat diajak berbicara
b) Klien mampu melaksanakan instruksi sederhana yang diberikan
c) Klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan tepat
Rencana tindakan :
a) Observasi kemampuan klien berkonsentrasi
b) Kaji kemampuan klien memahami dan memproses informasi dengan pertanyaan singat dan sederhana
c) Tietapkan tujuan pembelajaran yang berguna dan realistis bagi klien
d) Berikan instruksi setelah klien menunjukkan kesiapan untuk belajar atau menerima informasi.
e) Atur instruksi sesuai tingkat pemahaman klien dan yang signat dan sederhana sampai yang lebih kompleks
f) Gunakan bahasa yang familiar dan mudah dipahami oleh klien.
g) Dorong klien untuk menjawab pertanyaan dengan singkat dan jelas
h) Koreksi interpretasi yang salah dan informasi/pertanyaan yang diterima klien dengan cara yang tepat
i) Dorong klien untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
j) Beri reinforcement pada setiap kemajuan klien
k) Libatkan klien dalam TAK stimulasi sensori
6. Kesadaran klien terhadap identitas personal, waktu dan tempat meningkat/baik dengan kriteria :
a) Mampu mengenal identitas diri dengan baik
b) Klien mengenal identitas orang disekitarnya dengan tepat/baik
c) Klien mampu mengidentifikasi waktu (jam, hari, bulan, tahun) dengan benar
Rencana tindakan
a) Monitor orientasi klien terhadap realita
b) Sapa klien dengan namanya pada saat interaksi
c) Beri informasi kepada klien terhadap orang, tempat, waktu, sesuai kebutuhan.
d) Tanyakan satu pertanyaan pada satu waktu
e) Beri satu perintah pada satu waktu
f) Berikan/libatkan klien dalam aktivitas yang konkrit/nyata
g) Gunakan tanda/gambar/simbol untuk menstimulasi momen dan meningkatkan orientasi
h) Hindari stimulasi yang berlebihan yang dapat meningkatkan disorientasi
i) Faslitasi kunjungan keluarga dan orang-orang yang familiar dengan klien.
Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com